Kalian pasti sering lihatkan ada gambar-gambar di dinding jalan atau di dinding jembatan mobil di jakarta… Yang isinya ada banayk gambar atau tulisan-tulisab gravity… tahu kan?? Biasanya para anak-anak jalanan yang menggambarnya dengan menggunakan piloks.. kayak gambar diatas itu..
Nah, ternyata di Korea hal semacam itu juga ada. Nah, dalam segmen “Korean History” untuk edisi kali ini akan kami antarkan anda ke daerah dimana terdapat kesenian lukisan dinding, yaitu gang-gang di sekitar Universitas Hongik.
Dinding rumah dimana terlukis gambar ‘wajah seorang anak laki-laki yang memegang cat semprot’, ‘pintu besi dimana terlukis gambar yang ditiru dari gambar karya pelukis yang terkenal, Martis, dinding semen yang bergambar polisi yang menarik anak anjing.., iya.. itu adalah beberapa contoh adegan yang sering ditemui oleh orang-orang yang lalu lalang di depan Universitas Hongik Seoul. Ada juga lukisan yang bercorak sama atau mirip salinan dan juga ada lukisan yang bergambar seperti corat-coretan. Pengaruh Banksy, seorang seniman Inggeris yang menarik perhatian kaum seniman di seluruh dunia sudah memasuki daerah di sekitar Universitas Hongik. Banksy adalah seorang seniman ‘graffiti’, gambar dinding seperti corat-coret yang menarik perhatian dengan karya yang membuka ketidak adilan masyarakat, seperti gambar anak-anak yang memberi hormat kearah bendera toko grosir raksasa, ‘Tesko’. Dia disebut sebagai ‘teroris kesenian gerilya’, karena melakukan pekerjaan dengan mengingkari pandangan mata orang lain dengan diam-diam. Demam ‘Banksynya Korea’ di daerah sekitar Universitas Hongik di Sinchon memiliki pola yang sama. Cara “Stensil” yang sering dipakai oleh Banksy, teknik melukis dimana membuat gambar dengan menyemprotkan cat pada lubang bentuk dan pola yang sebelumnya digunting.
Melukis pada dinding memiliki daya, orang dapat melukis dengan bebas dengan mengambil jalan yang nyata, melepaskan diri dari kertas. Iya.., berkat para siswa yang melepaskan diri dari ruang melukis, masyarakat umum yang lalu lalang di gang-gang kawasan itu juga dapat tenggelam dalam dunia kesenian. Melukis pada dinding yang dimulai tahun 1993 adalah sebagian kegiatan pameran kesenian di jalan-jalan, yang disebut dengan, “Geomijeon”, diselenggarakan oleh Universitas Hongik yang memiliki fakultas seni paling terkenal di Korea. Peserta pameran bisa siapa saja, walaupun bukan mahasiswa yang belajar Universitas Hongik, atau bahkan bukan mahasiswa. Para peserta pameran lukisan mempertunjukkan karyanya bahkan dengan merobah bak sampah menjadi karya yang berguna.
Gambar dinding adalah karya satu-satunya yang tersisa setelah pameran selesai. Banyak gambar dinding yang dilukis selama 12 tahun lalu, tinggal di gang-gang disana sini dan gambar dinding di tempat lain juga masih bertambah, sehingga kawasan di sekitar Universitas Hongik itu dimana banyak gambar dinding yang khas dan menarik, meringankan langkah para pejalan kaki. Sebuah karya lukisan dinding peserta dalam pameran Geomijon ke-8 yang tergambar di dinding suatu rumah makan sup sapi, Seolongtang adalah yang pernah dilukis meniru lukisan almarhum Lee Joong-sub, yaitu anak-anak yang berdiri telanjang. Akan tetapi, pemilik toko memohon pelukis untuk menambah bunga pada bagian badan yang penting anak dan juga menggambarkan sapi, untuk menghidupkan kesan rumah makan sup sapi. Dengan demikian, pelukis itu melukis gambar anak telanjang yang naik sapi, maka baik pemilik toko maupun pelukis dan orang-orang tetangga serta pejalan kaki menyukai gambar itu, dan rumah makan tersebut dibanjiri oleh banyak tamu.
Selama berlangsungnya pameran lukisan dijalan-jalan, Geomijon, pelukis mendapat dukungan biaya cat, sebesar 3 ratus ribu Won atau 3 ratus dolar Amerika Serikat. Jika menanyakan pada orang yang melukis gambar pada dinding dengan biaya sendiri, maka akan dijawab bahwa mereka melakukannya karena dunia akan menjadi indah, dan melukis gambar dinding membuat mereka bahagia. Jalanan lukisan dinding di tempat parkir di sekitar Universitas Hongik ada puluhan karya luksan dingding, maka cukup layak disebut sebagai galery jalanan. Karena banyak lukisan dinding yang tidak terkurung dalam suatu ruangan dan pola, maka daerah sekitar Universitas Hongik nampak lebih bebas dan indah, penuh dengan semangat remaja.
Lukis Dinding Di Korea
4/
5
Oleh
Usaha Anak Bangsa